Sabtu, 30 Januari 2010

Kejamkah, Seorang Ibu?

"Aku sering dimarahin Ibu." Ujar salah seorang sahabatku, sebut saja, namanya Ella. Aku sering termenung, ketika harus menyimak, cerita demi cerita darinya.
"Lihat nih Li, dulu Ibu pernah mengejar aku, gara-gara aku terlambat pulang main. Aku pulang pas waktu maghrib. Terus, aku jatuh di dekat pekuburan kampung, terantuk batu." Ella mengangkat celananya, menunjukkan bekas luka beberapa tahun lalu.
"Aku juga pernah dikurung di luar, dengan abang. Gara-garanya, masih sama kita terlambat pulang. Waktu itu, aku belum makan malam. Sampai akihirnya, Abang mencuri singkong tetangga dan membakarnya. Kebetulan, di dekat situ, masih ada api yang menyala."

Aku menghela napas mendengar kisah Ella. Entahlah, antara percaya dan tidak. Kadang, aku sampai meyakinkan berulang kali, "Bener nih La...???" Sebetulnya, aku sudah sering mendengar kisah Ella, dari beberapa orang. Ella, adalah salah seorang sahabat dekatku di Malaysia. Dia, adalah saudara jauh majikan aku dan pernah bekerja dengan majikanku. Kemudian, dia bekerja dengan anak majikanku. Tapi, kini ia telah lama pulang ke Indonesia.

Setiap bait ceritanya, kusimak dalam-dalam. Buatku, ini kisah yang unik, seorang ibu yang "kejam" Dan, saat kutanya kepada Ella, "mang ayah kamu nggak nolong yah La, waktu kamu dikurung di luar?." Ella bilang, "Enggak Li, kalau ayah membuka untuk kita, atau siapapun, mereka akan sama-sama dihalau keluar." Astaghfirullah... Betul-betul miris. Apakah betul-betul ada, seorang ibu yang seperti ini...???

Aku jadi teringat, pada sebuah dongeng yang sangat melegenda. Menurut sumber yang aku baca bahwa, cerita Cinderella tokoh sang ibu bukanlah ibu tiri. Ia adalah seorang ibu kandung. Selama menyimak cerita Ella, aku terbayang-bayang dongeng turun temurun itu. Tapi, pernah juga Ella bercerita, ketika ia baru pertama kali merantau ke Malaysia dan saat puleng ke Indonesia, keluarganya semua menjemput. termasuklah, sang ibu. Saat di bandara, seperti biasa, ibunya ketus kepadanya. Dan, saat sampai di rumah, rupanya sang ibu diam-diam menyusut air matanya ketika berada di dapur. Ella sangat terharu menyaksikan kejadian tersebut. Rupanya, sang Ibu masih memperhatikannya.

Dan, khabar terakhir yang aku dengar, Ella dijodohkan dengan orang yang sama sekali ia tidak mencintainya. Entah bagaimana ceritanya, mereka pun menikah. Saat aku bertanya kepada Ella melalui telphone, Kenapa tidak menolak rencana sang ibu? Ah, nasi sudah menjadi bubur. Ella tetap menikah dengan lelaki pilihan ibunya. Sampai akhirnya, keluarga itu tidak bertahan lama, babru beberapa bulan menikah, akhirnya Ella menuntut cerai dari sang suami. Semenjak di Indonesia, Ella jarang seklai memberi khabat kepadaku. Kecuali, aku menelphonenya. Itupun, setelah aku kesana kemari mencari nomor dia.

Beberapa bulan kemudian, aku mendapat khabar bahwa, Ella akan menikah lagi. Dengan lelaki pilihannya. Cukup berliku kehidupannya. Sampai khabar terkahir aku dengar, dia memang sudah menikah dengan lelaki pilihannya. Saat kutanya, siapa saja yang menghadiri pernikahannya, Ella hanya menjawab, Ayah, adik ibunya dan sepupunyalah yang menghadirinya. Ibunya, sama sekali tidak mau datang. Ada detik kesenduan dalam hati. Dalam acara sakral seperti itu, ketika menyadari sang ibu tak mau menghadiri, tentunya betapa sedih perasaan Ella.

Antara percaya dan tidak, memang ada seorang ibu yang berpikiran sesempit itu. Entah membenci anaknya atau apa tujuannya. terngiang-ngiang sabda nabi, yang berkata "Syurga di telapak kaki ibu." Kalau begini di manakah silap seorang ibu? Semoga Allah, selalu melindungi Ella.


Sabtu, 16 Januari 2010

Menepi Di Kejinggaan

Pada suatu hari yang biasa, di sebuah noktah bumi. Seseorang menatap sebuah kejinggaan. Ya, sebuah kejingaan. Entah kejinggaan karena apa. Karena senjakah, karena sang fajar atau karena sebuah letusan gunung berapikah ....? Tak ada jawaban yang pasti meski telah mereka-reka sebab timbulnya sebuah kejinggaan. Seketika hari itu menjadi istimewa baginya. Sebuah hari dengan kejinggaan yang indah.

Jika jingga adalah simbol sebuah energi, keseimbangan dan kehangatan, maka pantas saja hal tersebut ia rasakan. Menatap kejinggaan itu, seperti menatap sebuah energi yang menawarkan kehangatan, juga keseimbangan. Mungkinkah.....? tanya seseorang itu pada dirinya sendiri. Tentu saja tidak ada jawaban. Yang ada adalah kesenyapan dan......., kejinggaan yang indah itu. Begitulah. Setidaknya sebuah asa telah bangkit padanya karena sang kejinggaan. Asa untuk sejenak menepi dan merenung dengan sebuah energi yang menyeimbangkan jiwa, dan sebuah kehangatan. Bukankah sesekali merenung perlu baginya, bagi siapapun, kalau mau.

Senin, 11 Januari 2010

Wanita Tua dan Ayam


Wanita itu, umurnya kira-kira 70 tahun. Badannya, tak lagi tegak. Aku sering melihatnya di belakang rumah. membawa nasi basi, dalam jumlah yang banyak. Memberikannya kepada ayam-ayam di belakang rumah majikanku. Seperti berkata kepada anak kecil, ia kadang melerai ayam-ayam yang saling berebut nasi yang dibawanya. Sambil menjemur baju, aku sering memperhatikan gelagatnya. Ada sedikit kecemburuan dalam hatiku, betapa lembut perasaan hati wanita tua itu. Lihatlah, jauh-jauh Ia datang, hanya untuk memberi nasi kepada ayam-ayam yang bukan miliknya.

Suatu ketika, aku ada kesempatan berbicara dengannya. Awalnya, hanya menyunggingkan senyum. kemudian, tak lama Ia mendekatiku dan mengajaku ngobrol. Dari logat bicaranya, mungkin Ia bukan berasal dari Kuala Lumpur. Aku bertanya dimana tinggalnya. Mendengar jawabnya, cukup jauh rasanya dia tinggal. Ujarnya, nasi-nasi itu, adalah sisa dari hidangan tahlilan, arwah abangnya. Ia pun bercerita, kalau sudah tak memiliki lagi keluarga. Dan sekarang, hanya tinggal dengan keponakannya.

Melihat gaya bicaranya, melihat wajahnya saat ia berkata, hatiku membatin bisu. Wanita ini, sudah tak muda lagi. Wajahnya, sudah keriput dibagian sana sini. Dan giginya, tak lagi utuh. Bicaranya pun, tak lagi penuh. Setiap katanya, tak lagi sempurna. Betapa aku berfikir, kelak, aku akan seperti itu ketika tua. Wanita tua itu, memberikan aku sebuah pengajaran. Betapa hidup, itu tak kekal. Subhanallah... Wallahu'alam.

Gambar diambil dari sini

Minggu, 10 Januari 2010

Perempuan Nan Jauh Dan Gembalanya


Tiba-tiba saja angin selatan mengantarkan saya ke suatu tempat penuh cahaya. Sebuah tempat yang jauh dari tempat saya berdiri. Entah kenapa saya ingin menuliskan apa yang saya dapatkan disana. Sebuah pengembalaan yang tidak sekedar menghalau domba, bagi saya. Begitulah. Pengembalaan yang seperti diberkahi langit.

Perempuan itu tampak menunduk. Kelihatannya ia melantunkan segala doa dan harap. Barangkali pula dzikir pada Tuhannya. Entahlah. Sementara di depannya, para domba patuh menembus kabut pagi. Ya, para domba patuh mengikuti arah halauan sang perempuan berjubah, meski perempuan itu tak selalu mengawasi para domba. Maka pengembalaan yang saya lihat pagi itu begitu khidmat.

Pedalaman Bolivia, perempuan pengembalamu begitu khusuk dengan doa dan gembalanya. Itu membuat saya tertegun. Kakinya yang langsing seperti tak kenal salah arah. Dan ia masih saja menunduk, sibuk dengan doa-doanya. Barangkali diantara doanya, perempuan berjubah itu mendoakan agar sang domba selalu menyediakan susu buat anak-anaknya di rumah. Mungkin pula mendoakan agar dombanya segera beranak-pinak sehingga bisa dijual kepada Miguel sang juragan demi sedikit uang belanjanya. Mungkin saja.

Perempuan nan jauh dan gembalanya, langkahmu yang tertunduk dan khusuk telah membuat saya terkesima. Betapa sebuah perjuangan hidup telah dijalankan dengan tulus. Semoga semesta mengamini doamu.

Gambar oleh Maria Stenzel, Diambil dari sini

Jumat, 08 Januari 2010

Elly Dan Elly, Bersama Menyapa Semesta

Sebagaimana janji saya tadi pagi saat mengintip blog kami ini, saya meluangkan waktu untuk memperkenalkan diri. Ruangan, lumayan sepi. Para lelaki bersiap-siap menunaikan sholat Jum'at. Para perempuan, sebagian besar keluar makan siang. Baiklah saya memperkenalkan diri. Saya Elly yang satunya lagi dari pengelola blog baru ini. Lengkapnya Elly Suryani. Bertemu dengan Elli Juliana (Anazkia) di jagad bloghosphere ini di blog saya Life With Yur Own Vision.

Tentu saja saya menyambut gembira ajakan Anazkia untuk berkolaborasi, berduet membuat blog ini. Cuma karena saya lumayan gaptek, hiks, saya serahkan pembuatan blog ini pada Anazkia, gadis kita itu. Kami memiliki banyak kesamaan visi meski kami berbeda usia, berbeda latar belakang. Tapi saya melihat semangat seorang Anakia yang begitu besar untuk menyapa semesta dengan cinta. Itulah alasan saya bersedia berduet dengan beliau di blog ini.

Semoga kami berdua bisa menyumbangkan seseuatu yang bermanfaat bagi semesta ini. Tentu saja, dengan gaya khas kami masing-masing. Seperti Dua perempuan Di Tengah Padang Ilalang Kering, kami ingin mengajak anda melihat semesta ini dengan cara berbeda. Cara kita masing-masing tapi dengan benang merah yang bisa ditarik untuk membuatnya menjadi sesuatu yang barokah, ....kalau bisa. Saya pamit dulu ya, he, lapar mendera. Selamat siang semua. Mari lanjutkan aktivitas kita.

Rabu, 06 Januari 2010

Perkenalkan...

Assalamu'alaikum Warrahmatullah...

Perkenalkan, nama saya, Eli Yuliana. Umur... hmmm, sudah hampir mendekati kepala tiga. Dalam keluarga, saya selalu dipanggil Ana, sedang, teman-teman sekolah saya, memanggil saya Eli. Ini blog baru saya. Ceritanya, saya mau berduet. Rupanya, bukan hanya penyanyi yang bisa berduat. Tapi, seorang bloger juga bisa berduat :). Tidak tanggung-tanggung, saya mengajak duet dengan mbak Elly, newsoul, lebih terkenalnya. Kenapa beliau...??? karena, kebetulan nama depannya sama. Sama-sama Elly :) jadi, kini, bertemulah dua Elly dalam dunia bloger.

Beberapa waktu lalu, ketika saya ke Sumatera, sebetulnya, ingins ekali saya berkunjung ke kota Palembang, menemuinya. Tapi, sayang sekali, jodoh saya, tak sampai lagi, untuk bertemu dengannya. Semoga, dilain hari Allah mempertemukan kita, Insya Allah amin... Keinginan membuat kolaborasi blog ini, sudah lama. beberapa bulan lalu tapi, kali ini baru terealisasi. Almaklumlah, jam menulis saya, sangat rendah sekali. Pun, kadang saya merasa segan dan sungkan dengan mbak Elly. Kenapa...??? Karena, tulisan beliau bagus. Dalem banget kalau nulis dan, nyastra sekali bahasanya :)

Apa tidak takut dibilang ngikutin jejak F2...??? Yah enggak banget, emang saya punya ide itu setelah Mbak Fanny dan Mbak Fanda bikin blog tersebut. Jadi, enggak ada takut-takutnya, atau malu-malunya kalu dibilang mengikuti F2 (piss yah mbak... :) Apa konsep blog ini...??? Tidak begitu serius, kita menulis seperti biasa, hanya saja, sekarang kita berdua mengelola satu blog yang sama. Dan, membawa nama yang sama yaitu, "DUOELY" semoga kedepannya, blog ini lebih baik lagi dan, tentunya bermanfaat untuk sahabat bloger semua. Insya Allah...

Untuk selanjutnya, saya mempersilakan mbak Elly untuk memperkenalkan diri. :)

Selasa, 05 Januari 2010

Just testing...